Berkenalan dengan Asertif

Oleh: Heni Mulyati, S.Pd

Jika memang tidak nyaman, sebaiknya katakan tidak

Pernah dalam situasi ini? Sebenarnya ingin menolak permintaan seseorang, tapi kok tidak enak. Hingga akhirnya kita pun melakukan hal yang dari lubuk hati paling dalam sebenarnya tidak sreg. Kalau kita berani berkata TIDAK tanpa rasa bersalah, namanya kita sudah asertif.

Cawood (1988) menyebutkan bahwa perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan atau hak-hak individu tanpa kecemasan yang tidak beralasan.

Alberti dan Emmons (2002) memberikan pengertian bahwa perilaku yang asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain.

Rathus dan Nevid (1983) menyatakan bahwa asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok.

Dari berbagai pengertian di atas, asertif bisa disimpulkan sebagai kemampuan komunikasi seseorang mengungkapkan perasaan dengan jujur dan nyaman dengan mempertahankan hak-hak pribadi.

Saling terbuka dengan perasaan, membuat persahabatan lebih dekat

 

Apa saja ciri-ciri orang yang asertif?

Lange dan Jakubowski (1978) mengemukakan lima ciri-ciri individu dengan perilaku asertif:

1. Menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri

Menghormati orang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus menurut dan takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

2. Berani mengemukakan pendapat secara langsung

Perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur.

3. Kejujuran

Bertindak jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat mengkomunikasikan perasaan, pendapat atau pilihan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.

4. Memperhatikan situasi dan kondisi

Semua jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas hubungan.

5. Bahasa tubuh

Dalam bertindak asertif yang terpenting bukanlah apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi, misalnya: jarang tersenyum, terlihat kaku, mengerutkan muka, berbicara kaku, bibir terkatup rapat, mendominasi pembicaraan, tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tidak tepat.

 

Setelah kita mengenal tentang asertif, bagaimana dengan komunikasi asertif, pasif, dan agresif? Adakah perbedaan atau persamaannya? Nantikan di tulisan berikutnya.

 

Referensi:

Alberti, R & Emmons, M. (2002). Your perfect right, hidup lebih bahagia dengan menggunakan hak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Lange, A. J & Jackubowski, P. (1978). Responsible assertive behavior: Cognitive behavioral procedures training. Illionis: Research Press

Cawwod, D. (1988). Assertiveness for managers: Learning effective skill for managing people. (2nd ed). Canada: International Self-Counsel Press, ltd

Rathus, S. A & Nevid, J. S. (1983). Adjustment and growth: The challenges of life. (2nd ed). New York: CBS College Publishing

10 thoughts on “Berkenalan dengan Asertif

  1. Informatif dan sudah mengalir tulisannya. Lebih bagus lagi jika diberi contoh dialog atau situasi spesifik di mana orang biasanya tidak berani bersikap asertif.

Leave a comment